Melawan Penyakit Kanker Payudara bersama Lovepink — Komunitas Para Pejuang Kanker Payudara Indonesia.
Bulan Oktober dikenal sebagai breast cancer awareness month, dimana bulan ini didedikasikan untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap penyakit yang sampai saat ini belum diketahui penyebab dan obatnya, yaitu kanker payudara. Di Indonesia sendiri, kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat, terutama perempuan.
Selain pengobatan medis, dukungan dan perhatian dari lingkungan sekitar juga dibutuhkan dan berpengaruh besar bagi para pejuang kanker. Sebagai platform yang fokus kepada kebutuhan perempuan, Dresshaus pun turut memberikan dukungan kepada komunitas pejuang kanker payudara di Indonesia dengan menggalangkan donasi bagi komunitas kanker payudara Indonesia, yaitu Lovepink. Suatu pagi di bulan Oktober ini, kami bertemu dan berbincang dengan dua orang perwakilan dari Lovepink, yang juga merupakan pejuang kanker payudara, dr. Patsy Djatikusumo dan Suci Hasta (Uchi).
Kapan pertama kali Anda terdiagnosa kanker payudara?
Uchi: Pertama kali saya terdiagnosa CA (kanker) itu pada saat saya biopsi di tanggal 7 Maret 2018, setelah itu, langsung dilakukan mastektomi radikal atau pengangkatan payudara keseluruhan, di sebelah kiri, pada bulan April 2018 dan langsung melanjutkan kemoterapi mulai bulan Mei 2018, yang baru saja berakhir di bulan Mei 2019 ini.
dr.Patsy: Saya terdiagnosa di tahun 2011, saya sadari (periksa payudara sendiri), terasa ada benjolan. Saya periksa ke dokter dan ternyata ada kanker.
Bagaimana pertama kali kanker Anda terdeteksi, dan bagaimana perasaan Anda ketika menerima berita tersebut?
Uchi: Pertama kali saya diberi tahu waktu biopsi, setelah diambil jaringan, 15 menit kemudian hasil tesnya keluar dan saya diinfokan bahwa hasilnya positif CA. Awalnya saya langsung bengong, tetapi berusaha untuk tetap fokus mendengarkan penjelasan dokter. Setelah dari dokter saya beribadah, dari situ saya mulai menangis, tapi hanya sebentar; karena setelah itu saya harus kembali fokus untuk menjalankan tahap selanjutnya. Kebetulan, teman suami saya adalah co-founder dari Lovepink, dan suami saya langsung menghubungi beliau untuk meceritakan megenai kasus saya. Besoknya saya bertemu dengan beliau, saya langsung dijelaskan mengenai tahap-tahap tindakannya, dan karena saya bertemu langsung dengan ahlinya, saya tidak mengalami shock yang terlalu mendalam. Yang saya rasakan lebih kepada pasrah dan harus bergerak cepat. Karena dari persepi saya, kanker itu berbalap dengan waktu, jadi saya tidak terlalu banyak berfikir dan langsung melaksanakan tindakan untuk pengobatan seperti mengikuti rangkaian pemeriksaan dan lanjut ke operasi.
dr.Patsy: Pertama kali dinyatakan bahwa saya menderita kanker, saya kaget sekali. Apalagi saya merasa bahwa sebagai seorang spesialis gizi klinik, saya sudah berusaha sekali untuk hidup sehat, terutama dari segi makanan dan nutrisi. Justru teman-teman saya sendiri yang mengatakan kepada saya untuk tidak boleh kecewa dan tidak perlu dicari mengapa-nya, tetapi anggap itu sebagai sebuah anugerah. Yang lebih lucu lagi, yang membangkitkan semangat saya adalah pasien-pasien saya, mereka mengatakan kepada saya, seandainya dokter tidak menjalani hidup yang sehat, mungkin dokter tidak didiagnosa kanker pada usia 40 tahun, melainkan di usia 25 ataupun 30 tahun, bisa saja sudah didiagnosa kanker. Itulah yang membuat saya kembali semangat lagi.
Bagaimana Anda dapat tergabung bersama Lovepink?
Uchi: Saya bergabung dengan Lovepink justru setelah kemoterapi pertama. Karena pada saat itu rentetan pengobatan saya cepat sekali, dari biopsi ke tindakan hanya 2 minggu, jadi dari tindakan menuju ke kemoterapi tidak sampai satu bulan. Barulah setelah itu saya bergabung dengan Lovepink, karena saya ingin tau reaksi dari kemoterapi seperti apa dan bagaimana mengantisipasi efek-efeknya. Dari situlah saya mendaftarkan diri untuk menjadi anggota Lovepink, karena manfaatnya sangat banyak untuk mendapatkan panduan dan informasi.
dr.Patsy: Setelah selesai kemoterapi, saya dan suami saya memutuskan untuk meninjau kembali kehidupan kami. Dari situ saya memutuskan untuk mundur dari praktek menjadi dokter. Tidak lama kemudian, di tahun 2015, saya diperkenalkan dengan Lovepink oleh teman saya; dia menghimbau saya untuk bergabung dengan Lovepink, karena sebagai seorang dokter tentu saya bisa memberikan manfaat lebih daripada orang awam, yang tidak mengenal kanker. Jadi saya kemudian masuk ke dalam Lovepink dan mengikuti programnya dalam memberikan penyuluhan untuk deteksi dini, dan disitu saya merasa bermanfaat sekali, karena pertama, saya adalah seorang dokter yang memiliki pengetahuan lebih, kedua saya adalah seorang survivor yang mengalami sendiri semua perjalanan penyakit kanker dan pengobatannya. Ini benar-benar bermanfaat bagi para peserta penyuluhannya karena mereka dapat semakin percaya pada ucapan saya sebagai dokter dengan pengetahuan, dan saya juga mengatakannya dengan hati karena saya pernah mengalaminya.
Dapatkah Anda cerita sedikit mengenai proses pengobatan Anda?
Uchi: Karena kebetulan tipe kanker saya adalah kanker HER2, yaitu kategori sel kanker yang paling agresif, atau paling cepat penyebarannya, sehingga selain kemoterapi saya harus didampingi satu obat selama 18 kali tindakan, yaitu satu tahun. Walaupun saya masih stadium dini, 2A, tetapi tipe kankernya adalah yang paling agresif. Dan juga, sel kanker saya berada di hormon, sehingga saya harus mengkonsumsi obat setiap hari dalam jangka waktu 5 tahun.
dr.Patsy: Setelah didiagnosa kanker kemudian saya langsung persiapan untuk operasi, dokter memilih untuk lumpektomi, yaitu mengangkat benjolan tumornya saja (tidak mengangkat seluruh payudara).
Adakah tips yang ingin disampaikan untuk mencegah kankur payudara?
Uchi: Sadari. Sadari untuk deteksi sendiri, dengan memijat payudara.
dr.Patsy: Biasakan sejak usia dini menjalankan healthy life, mulai dari makanan, jauhi rokok, jauhi alkohol, olah raga dibiasakan, dan tentu saja istirahat yang cukup.
Apa perubahan paling besar dalam diri setelah menderita kanker payudara?
Uchi: Banyak banget. Kalau sekarang, melihat situasi yang paling sulit pun kita jadi lebih optimis, bahwa setiap mendapat kesulitan pasti ada kemudahan. Tuhan kalau memberikan kita persoalan pasti ada jawabannya, dan kita selalu melihat ke arah itu. Selain itu yang dulunya kalau mau senyum agak berat, kalau saya pribadi sekarang justru menjadi lebih ceria. Lalu menjadi lebih positive thinking, kalau dulu sering sensitif atau baper, sekarang selalu berfikir bahwa semua ada alasannya, lebih easy going untuk menghadapi segala sesuatu.
dr.Patsy: Kalau saya, setelah menderita kanker, menjadi lebih bersyukur terhadap apapun. Hal-hal kecil yang dulu tidak berarti, sekarang ternyata menjadi sebuah anugerah. Dulu saya adalah seorang yang perfeksionis, semua kalau bisa harus sampai nilai 100, baru bisa puas. Sekarang, nilai 10 pun sudah sangat bersyukur.
Seberapa penting bagi Anda dukungan dari lingkungan sekitar? Siapa support system terbesar Anda?
dr.Patsy: Jika ditanya siapa pendukung yang paling utama, kalau saya selalu menjawab suami. Karena ternyata, kanker itu mengubah hubungan kita sebagai suami istri. Baik dalam hubungan emosi, maupun hubungan ekonomi. Penderita kanker itu menghabiskan uang suaminya lho, untuk berobat. Kalau suaminya tidak rela atau ngomel, itu tentu akan membuat kita semakin down. Ada beberapa ibu yang mengatakan anak-anak, tetapi kalau saya perhatikan, anak-anak itu mempunyai dunia sendiri. Mereka tetap berbahagia asalkan kita mendukungnya. Kalau suami istri, itu benar-benar suatu ikatan yang luar biasa yang baru saya lihat setelah saya menderita kanker, bahwa we are falling in love again, satu kali lagi dalam kondisi yang berbeda.
Uchi: Kebetulan saya terdiagnosa kanker ketika anak-anak saya masih kecil-kecil, saya itu kemoterapi di setiap hari Kamis. Di Rabu depannya, kondisi saya menurun dan saya selalu pingsan, mungkin itu salah satu efek kemoterapi. Anak-anak saya selalu berkumpul di kasur, dan mereka meneriakki kuping saya memanggil-manggil. Di “alam lain” saya melihat anak-anak saya berada disitu tanpa saya, dan itu membuat saya sadar kembali. Setiap kali saya pingsan, anak-anak saya sibuk meneriakki dan menyemangati saya, dari situ saya merasa bahwa dukungan merekalah yang paling besar.
-
dr.Patsy’s outfit: I Love Pink Top & Brooch Duo
Suci’s outfit: I Think Pink Top + Spica Earrings
October Exclusive to support breast cancer, 25% of proceeds go to Lovepink Indonesia. Click here to join and donate.
Hair by: Salon by Houzcall
0 comments